My Diary

Discussion in 'Ruang Curhat' started by Atika Indriani, 10 June 2015.

Silakan gabung jadi member agar bisa posting
  1. Atika Indriani

    Atika Indriani Active Member

    Suara 'prangg!!' itu terdengar mengerikan ditelingaku. Papaku melempar lauk yang sudah Mamaku buat.

    Aku pura-pura tidak lihat, Padahal kejadian itu tepat disamping kiriku. Adikku yang usianya beda 7 tahun denganku tampak ketakutan, tapi aku berusaha mengalihkan perhatian adikku dengan menonton kartun bersama. Saat itu aku masih kelas 6 SD. Bayangkan adikku umurnya berapa.

    Papaku mengamuk. Sementara aku pura-pura cuek. Padahal rasanya aku ingin sekali menangis. Tapi untuk mencegah diriku yang mungkin akan dicela cengeng oleh Papaku. Jadi aku pura-pura cuek. Papaku melewatiku, dan aku merasa auranya sangat dingin, tidak seperti yang aku tahu sebelumnya.

    Setahun kemudian bulan April, Papa dan Mamaku sedang menjalankan sidang persidangan, padahal sudah mulai dari bulan Januari sidangnya. Papaku ngajakin nginap dirumahnya. Awalnya aku agak ragu. Tapi akhirnya aku mau karena aku penasaran, kenapa Papa memilih wanita lain dibanding Mamaku. Dan sampai disitu aku bingung sekali. Dunia ini aneh. Kenapa Papaku mau perempuan aneh yang lebih tua dari Mamaku dan tukang menghasut Papaku. Maaf ya, menurutku dia bagaikan setan hidup dalam kenyataaan.

    Pernah sekali aku ikut persidangan cerai itu. Bukan karena ingin bertemu Papaku, tapi hanya ingin lihat, seperti apa Pengadilan itu. Tapi sampai sana aku malah sakit. Terpaksalah aku nungguin Mama yang lagi beliin teh hangat. Aku duduk didepan Papaku. Dia tidak bilang apa-apa. Dan aku menjauh darinya karena dia mulai merokok. Itulah kelemahanku sebagai penderita asma.

    Tanggal 15 Juli aku pertama kali masuk sekolah dan menjalani hidup baru sebagai murid kelas 8 atau 2 SMP. Aku yang biasanya bicara sama sekali tidak menanggapi kata teman-temanku. Aku memikirkan persidangan cerai yang hari itu adalah persidangan terakhir. Aku sama sekali tidak bisa bicara. Mungkin itu titik terlemahku.

    Sekarang aku sudah lulus SMP. Senang sekali karena akhirnya aku meninggalkan bangku SMP yang menyebalkan.

    Sekarang aku punya banyak kelemahan karena trauma dengan Papaku. Aku jadi terlihat cuek padahal sebenarnya aku nggak ngerti gimana caranya menyampaikan isi hati. Aku jadi nggak suka berurusan dengan uang karena gara-gara itu orangtuaku cerai (Papaku punya hutang dan dia nggak mau bayar, dan nyuruh Mamaku yang bayar. Tapi Mamaku gak mau. Akhirnya kejadian pertama tadi terjadi). Aku juga jadi takut masuk akuntansi karena Papaku juga kerja di bagian akuntansi.

    But, I don't hate my father. Papaku adalah alasan aku lahir, tapi bukan dia alasan aku tetap hidup. Aku hidup karena Allah, juga karena aku ingin hidup bahagia tanpa dia. Kalau ada yang tanya jika Papaku kembali, apa tindakanku. Aku bohong pada semua orang dan mengatakan aku akan mengusirnya. Tidak, sebenarnya aku tidak setega itu. Tapi bukan berarti aku mau menerima Papaku lagi. Prinsipku dan dia beda, aku nggak bisa menerima orang yang seperti itu.
     
  2. Billy sanjaya

    Billy sanjaya New Member

    Ayah adalah peran sangat penting di hidup kita , apa kah anda pernah berfikir anda di lahir kan tanpa seorang ayah ? Dan orang bertanya siapa ayah anda ? Dan anda menjawab tidak tau. Seburuk apapun sifat ayah kita , kita harus nerima dan bersabar mau bagaimanapun dia tetep seorang ayah, di mati kelak kita akan membawa nama seorang ayah. Terimalah ia lagi dan tetap hargai dia , doa seorang anak akan di kabulkan oleh Allah SWT.
     

Share This Page