Hello Mungkin banyak dari kita yang punya masalah keluarga, bisa karena perceraian ortu, sikap kasar ortu, sikap merendahkan ortu, orang tua yang terlalu sibuk sama dunia kerja mereka dll Kalau gue termasuk ke dalam permasalahan keluarga yang disebabkan oleh kondisi materi dan jiwa. Gue punya nyokap yang sakit skizophernia, beliau sakit sejak gue masih duduk di Taman Kanak Kanak. Penyakitnya bisa di bilang karena keaadaan keluarga dia sebelumnya, perjuangan dia semasa kuliah, dunia pekerjaan, dan perilaku bokap yang otoriter, idealis, dan egois Karena penyakitnya pula nyokap jadi susah untuk me-manage keuangan di keluarga gue. Beliau kadang gabisa membedakan mana kebutuhan yang pokok mana yang engga. Jadi lah bokap gue semakin kesal dan ga mempercayai dia masalah uang. Karena penyakitnya juga ada beberapa sikap dia yang berubah 180 derajat. Seperti mudah marah, mudah kasar ke anaknya, dan mudah membentak anaknya. Setiap gue belajar matematika sama dia, disitulah kesempatan dia untuk meluapkan seluruh emosi yang dia punya. Gue dipukul iya, di cubit iya, di tampar iya, dibentak juga iya. Sampai akhirnya seluruh nilai matematika gue dari SD sampai kuliah ga ada yang bener, sangking gue trauma. Bisa di bilang itu dulu, sekarang.... meskipun ga separah dulu dan lebih bisa nahan emosi tapi perubahannya justru terjadi di sikap dia dalam bersosialisasi. Semua masalah dan aib di keluarga dia sendiri bisa diceritain ke orang - orang tanpa memikirkan dampaknya. Cara dia memperlakukan orang dalam bersosialisasi juga ga sebaik orang biasanya, kadang bisa yang ngegampangin tanpa mikir jangka panjangnya ke orang lain, masa bodo, dan gabisa di ajak kompromi. Kadang susah banget buat menghargai upaya orang lain dan pendapat orang lain, hanya mau melihat dari sisi positif dan negatif dari kesimpulan dia sendiri. Contohnya : gue berusaha untuk memudahkan segala sesuatunya ke nyokap kayak "mempermudah mencari informasi tambahan referensi kuliah, informasi prospek kerja nya seperti apa, contoh dari kakak tingkat lain yang udah menjalani duluan. Tapi selalu dia anggap angin lalu, ga penting, kalau bukan dari pendapat dia pasti ga bener. Ujung - ujungnya nyokap nanya lagi berulang ulang apa yang udah gue jelasin sebelumnya ke dia. Untuk bokap, yah bisa di bilang ga lebih baik daripada nyokap. Beliau paling perhitungan banget masalah uang, segala macam bentuk pemakaian uang yang dia punya (baik itu sama gue maupun sama nyokap gue sendiri) selalu di hitung sebagai hutang. Kadang malah dia lebih ngedahuluin kebutuhan primer dibanding kebutuhan keluarganya. Contoh : bokap bisa bela - belain segala nya demi bisa dapet rumah impian yang sesuai dengan standard gengsi dia tanpa mikirin terlebih dahulu gimana anaknya kuliah besok. Atau contoh lainnya, bokap bisa ngebohongin atau bahkan ga bilang apa - apa sama anaknya dalam hal memakai uang biaya kuliah anaknya untuk kebutuhan rumah, dan begitu gue mengalami masa - masa sulit di keuangan kuliah bokap langsung memojokkan gue dan menilai gue anak yang boros, kuliah ga ngertiin orang tua. Bisa di bilang bokap pecinta uang, anggapan dia selama ini : ga ada uang besok, gabisa hidup / segala macam bentuk rejeki yang di beri hanya ada dalam bentuk materi dan uang. Emang cuma perilaku dan sifat bokap sama nyokap gue sendiri yang bisa bikin gue kepikiran setengah mati di banding apapun. bokap dan nyokap gue ibarat cermin, beda raga tapi sama perilaku dan sifatnya. Ada pepatah yang gue inget banget tentang jodoh, bunyinya kayak gini "jodoh itu ibarat cerminan dari dirimu sendiri". Kalimat pepatah itu ternyata bener nyata di kehidupan gue, bukti nyatanya bokap dan nyokap gue sendiri. Contoh, nyokap suka ngeluh ke gue kalau misalkan bokap orangnya egois gamau di salahin dan selalu merasa dirinya paling benar. Padahal dia sendiri sama kayak gitu. Contoh lain, bokap ga suka kalau misalkan dia dibohongin, mau itu kebohongan kecil ataupun besar intinya dia gasuka dibohongin. Padahal dia sendiri masih suka ngebohongin orang ataupun anak istrinya sendiri. Kalau di bahasa inggrisin jadi "too much talk, less introspection". Jadi gue selalu merasa kayak di pihak yang harus bisa belajar sendiri, mengerti segala hal secara mandiri, dan berusahan semaksimal mungkin untuk berubah lebih baik dengan cara menjadikan orang tua gue contoh buruknya. Sangking gue bencinya dengan kesamaan sikap buruk mereka tanpa ada intropeksi dan saling salah menyalahkan sampai - sampai gue bersumpah ke diri gue sendiri kayak, kalau gue udah kerja dan udah memiliki penghasilan sendiri gue ga akan mau tinggal lagi serumah sama mereka. Gue harus bisa berusaha mandiri tanpa harus melihat ke belakang.
iya, skrg gue malah ngerasa lebih betah di rumah sodara ketimbang rumah sendiri, soalnya jauh - jauh kuliah udah cape ngadepin temen, dosen, tugas, ujian ... eh begitu pulang bukannya makin santai malah makin tegang pikiran sama mental emosi
Gw setuju sama si Husain. Meskipun sampai sekarang gw belum bisa. Jadi gw rasa itu hal yang sangat layak untuk dilakukan. Semoga kamu bisa.
Aku merasakan yg kamu rasakan. Sungguh sangat complicated. Aku ga ada tempat lain. Rumah sodara jauh semua. Udah lulus kuliah, jadi ga bisa ngekost. Terpaksa harus stay di rumah. Huhuhu. Aku cuma bisa berdoa.
Kamu juga ada d posisi salah diam salah bicara salah serba salah.kalau udah selesai kuliah lebih baik ngekos dulu tapi km it anak tunggal gak adik atau kakak?
Saya dlu berfikir seperti itu mas/mbak tp lama kelamaan ketika saya sudah tahu hidup yg hidup2nya. Meninggalkan orang tua ketika kita berkuasa itu bukanya g beda apa yg d lakukan ayah kamu ,egois. Kita anak yg tetap punya tanggung jawab. Kamu beda kan kamu ga mau dama dengan kelakuan buruk ayahmunkan? Saya tahu api didalam dirimu menggebu2 untuk membalas dan membuktikan kamu bisa. Lakukan yang baik fikirkan 3 4 5 kali yang menurutkamu hal yg membuat ragu2 atau jelek. Mungkin kamu belum bisa menerima saran saya karena mash kesal. Tp nanti kamu akan tahu ketika sudah mengerti hidup itu ga bs slalu kokoh pada pilihan A