Menurutku kamu belum menemukan atau mengakui sesuatu yang membuat kamu gak bisa lepas dari dia. Atau sekalipun kamu sudah menemukan kamu gak berani mengakui pada dirimu sendiri. Pernah suatu hari aku pergi ke tukang las untuk memperbaiki knalpot motorku yang patah. Tukang las itu rupanya sudah kebal terhadap panas besi, jadi dia memegang sisi lain dari knalpot ku sembari dia menyambungnya dengan alat las. Aku bertanya pada bapak tukang las itu "Pak, apa gak panas to pak kok gak pakai kain megangnya?" tanyaku pada Bapak Las "Wah udah biasa dek kayak gini setiap hari" jawab Bapak Las "La dulu awalnya juga apa bapak juga berani megang kayak gini tanpa kain?" tanyaku lagi "Ya gak berani dek tapi lama-lama kebiasaan" jawabnya santai Dari situ aku tahu jika bapak itu sudah terbiasa dengan ketidaknyamanan dan menganggap semuanya biasa. Begitu juga dengan hub yang putus nyambung sepertimu. Mungkin kamu sudah terlalu nyaman seperti bapak las tadi. Kamu bahkan tidak peduli betapa sakitnya kamu dan kamu kembali. Jangan sampai kamu nyaman dengan ketidaknyamanan. Taruhannya adalah masa depanmu. Kamu berhak untuk mendapat keadaan yang lebih baik dari sekarang.
Betul banget mas, kelakuan dia dan sikap dia bener2 udah bikin aku terbiasa sih ya jadi mungkin aku ngerasa biasa2 aja dan orang lain yg ngsh saram pada ga aku dengerin. Dan skrg, aku harus bisa terbiasa dan nyaman tanpa dia meskipun yah susah. Berdamai sama masa lalu yg super nyakitin emang susah ya hehe
Ya udah dinikmatin aja zona nyamanmu itu kalo emang itu udah terasa biasa. Sama kalo ada waktu senggang kamu sambil merenung. Coba dengerin suara dari lubuk hati kamu yang paling dalem. Aku yakin kita semua punya insting untuk mempertahankan diri dari ancaman.