Di postinganku sebelumnya pernah kubilang ya "butuh pasangan yang memiliki makna kesucian" dan padahal namaku sendiri juga memiliki arti "suci" jadi kriteria jodoh bukan hanya sekedar fisik ya namun juga kualitas karakternya Mengapa? Karena di keluargaku kotor semua dalam artian akhlak dan etika, untung saja tidak sampai ke arah kriminalitas. Tentunya hal tersebut cukup mempengaruhiku secara negatif. Contohnya, tadi siang ada telfon dari orang kemudian beliau marah2 dengan berbagai macam alasan nah otomatis nadaku keikut jengkel dong pas ngomong di telefon dan akhirnya mood orang ini juga keikut down. Hari-hari berikutnya juga seperti itu like running in circles, tidak ada perkembangan yang berarti.. But, i still care. Buktinya mereka menamaiku agar menjadi seseorang yang bijaksana, penyayang, dan menyucikan. Artinya jauh di lubuk hati terdalamnya masih ada nurani yang ingin dibersihkan dari segala macam kekotoran penyakit hati, kesombongan, manipulasi, dan nafsu. aku percaya ketika sudah mandiri dan berpasangan dengan gebetan saat ini. Kami berdua akan memiliki energi kesucian yang cukup kuat dalam membersihkan keluarga di generasi sebelumnya, setidaknya sebagai media mereka untuk mendapatkan hidayah yang sesungguhnya. Dari namaku saja sudah tercermin bahwa diriku bukanlah seseorang yang suka mengatur namun hanya sebagai pemberi nasihat dan mengawasi siapa yang memberi pengaruh positif dan negatif entah di depan maupun di balik layar. Memang tidak boleh menyalahkan orangnya namun sikapnya saja tapi kalau tidak berubah alangkah baiknya menempatkan mereka ke tempat lain yang lebih sesuai. Untuk sekarang jangan berharap banyak denganku yang masih memiliki hati yang hitam. "Oh Tuhan, ananda tidak sanggup menyucikan diri hamba sendiri dan orang di sekitar hamba. Kirimkanlah seseorang yang suci juga agar kami berdua dapat saling menguatkan. Mudah2an setelah lulus kuliah ini dapat mandiri dan healing sepenuhnya. Aamiin." Fyi, saat ini sedang kuliah dan kebetulan mata kuliah yang kupelajari adalah hukum. Dari situ sadar kalau hukum dapat dibolak balik tergantung siapa di belakangnya. Yang negatif seperti misalkan aturan memberi denda bagi yang suka tidur, ya secara logika orang ini akan diperes terus duitnya soalnya habbitnya tidur. Dan aturan yang positif seperti misalkan bagi orang yang suka tidur diwajibkan ke lingkungan yang suka tidur juga atau didenda, namun ada insentif uang jajan bagi yang sanggup memperbaiki habbit tidurnya berdasarkan standar produktif. nah ini baru adil. Terkait aturan kampus merdeka di kuliahku ini banyak ketidakjelasan seperti surat rekomendasi yang salah ketik dan lain-lain nanti status hukumnya bagaimana terus juga kalo telat info dari pihak admin ya otomatis mahasiswa tidak melanjutkan program karena telat info tadi yang berujung telat belajar dan telat mengumpulkan tugas. Makanya pembuat aturan harus lebih empati lagi, jangan tidur sedikit dihukum, telat dikit dihukum. Memang batas pengumpulan diperpanjang tapi ketidakjelasan keluarnya surat rekomendasi ini bentrok dengan Deadline registasi daftar kuliah artinya melewati deadline. Nah kalo udah bentrok gini salah aturan dan aturan dibuat oleh si pembuat aturan berarti yang salah pembuat aturannya. Harus berfikir realita juga secara manusiawi secara statistik orang berperilaku Rata2 kebanyakan bagaimana apakah sanggup atau tidak, Kecenderungannya seperti apa. Ini yang dinamakan corruptive law dimana birokrasi dan hukum digunakan untuk memperkaya golongan tertentu dan memiskinkan masyarakat kebanyakan Setelah kupikir ini sama negatifnya kayak orang yang jelekin keburukan misalnya dasar pemalas dan lain-lain. Bagaimana jika words of affirmation, "saya sangat mengapresiasi dengan inisiatif dan ide yang kamu berikan, dan akan lebih bagus lagi jika dilakukan secara tuntas. Maka dari itu apa yang bisa kulakukan untuk membantumu?" Kalau dalam kasusku sih kemandirian dan tempat serta waktu yang cukup untuk healing and purifying myself completely. Jadi percuma meski disemangatin ayo bisa ayo bisa ya tidak berpengaruh kalau akar permasalahannya belum solve. Intinya kita bantu orang lain namun juga mencerna tidak menelan mentah2 terhadap apa yang orang itu sebenarnya butuhkan menggunakan hati nurani. Misalnya butuh ditegasin ya tegasin jangan dijelekin atau sugar coating, berikan pengertian mendalam dan makna kehidupan juga. Tentunya dengan nilai moral yang kamu pegang teguh bukan yang kamunya sendiri males tapi nyuruh orang lain rajin. All in all doa yang terbaik bagi semuanya~