ibu ku pemarah

Discussion in 'Ruang Curhat' started by mya sun, 28 April 2015.

Silakan gabung jadi member agar bisa posting
  1. mya sun

    mya sun New Member

    Selamat malam teman2 sekalian...

    Sebelumnya akan saya jabarkan dulu latar belakang saya. Saya hanya 2 beradik dgn kakak perempuan saya, kami memiliki ayah dan ibu yg sedari kecil sudah biasa dan kenyang kami melihatnya bertengkar hebat, namun hanya ibu lah yg boleh menang, ibu akan mencaci maki ayah didepan anak2nya, ibu berteriak kepada ayah yang mungkin tetanggapun akan dengar... karena ayah kami tidak bekerja, hanya ibu lah yg mencari nafkah. Jadi saya simpulkan ibu bs semena-mena dgn ayah dan anak nya krn ibu merasa dia lah yg berkuasa dirumah.

    Perlu diketahui ibu saya orang yg anti kritik, dia tdk akan terima dan sangat tersinggung kalau dia berbuat salah dan ayah atau anak nya menegur, ia tidak akan terima. Intinya dia benar selalu.

    Hari ini, saya yg sdh berumur 25 tahun, bertengkar dengan ibu saya krn saya sudah lama menahan nahan emosi, akhirnya terlepas jg emosi itu hari ini, saat keadaan saya sedang sakit dan stress krn belum dapat kerjaan lagi hampir setahun.. dan ibu saya pagi tadi sambil mengomel dan bilang "kau belum ya nyenengin aku, dll" yg menyakitnya perasaan.. namun luapan emosi saya hanya menangis menghampiri beliau sambil menepuk2 dengan keras dada saya dan menjelaskan ke ibu saya bahwa saya tidak membentak beliau namun krn suara saya parau dikarenakan mau flu, jd intonasi suara saya lbh tinggi dr biasanya..

    Yg ingin saya tanyakan.. saya sebagai anak dan manusia biasa, tidak terlepas dr khilaf dan emosi. Apa di mata Tuhan memang org tua lah yg selalu benar? Apa tuhan tidak melihat kesalahan dr org tua kami?
    Apa berhak orang tua menghina, membentak, memaki, dan merendahkan anak nya? Bukankah anak cerminan dr orang tua??

    Terimakasih sebelum nya, saya mohon s ngan sangat pencerahan nya..
     
  2. abdul22

    abdul22 Active Member

    In my humble opinion...

    Bukanlah orang tua selalu benar, orang tua juga sama seperti kita yang tidak terlepas dari khilaf dan emosi. Tapi posisi kita lah yang menentukan, bagaimana caranya kita mengingatkan sesama manusia saat terjadi khilaf dan emosi. Memang tidak benar orang tua menasihati anak dengan emosi, dan tidak benar juga menasihati orang tua dengan nada lebih tinggi dari mereka.

    Begini, saran dari w sih gampang aja, jangan lawan api dengan api, tapi lawan api dengan air. Misalkan, ibu lagi marah, jangan kita imbangi dengan marah juga, dengarkan saja apa yang ibu katakan, tahan emosi kita, sabar sampai emosinya mereda. Kalau sudah selesai, kamu bisa jawab semua pertanyaan atau "celotehannya" lewat kertas. Buatlah surat untuk beliau, gunakan kata sesopan mungkin, usahakan jangan menyinggung, coba mulai dengan bertanya tentang keadaanya hari ini, apa saja yang terjadi di tempat kerja. Lalu kamu bisa ceritakan tentang kabar kamu dan kakakmu di rumah, apa saja yang kalian lalui hari ini.

    Untuk penutupnya, kamu bisa mengucapkan terima kasih atas jerih payahnya selama ini, menjadi tulang punggung dan tulang rusuk bagi keluarganya. Gw khawatir, beliau tidak merasakan penghargaan dari keluarganya atas jerih payahnya selama ini. Gw mungkin gak tau apa saja yang telah kamu lalui selama ini, semoga ini bisa membantu.

    Ciao...
     

Share This Page