Setelah lama move on, aku jadi sibuk mendalami agama. Sebenarnya aku sangat bersyukur bahwa sampai sekarang aku tidak berpacaran sama sekali di umurku yang sudah memasuki 14 tahun. Hal yang paling kukecewakan dengan para gadis muslimah yang berpacaran adalah mereka yang terus mencari alasan untuk menghalalkan pacaran mereka. Okay, bukan itu yang ingin kubicarakan. Karena mendalami agama, aku jadi lebih merendahkan diri. Ini kisah prestasiku yang menurun semester lalu. Aku bekerja keras. Mencatat dan merangkum setiap materi pelajaran dan mempelajarinya hingga aku kurang tidur. Aku sangat berusaha dan terus bertawakkal pada Allah. Aku yakin aku pasti bisa. Dan yang paling penting, aku sudah meyakinkan diriku jikalau misalnya nilaiku malah turun aku akan terus berpikiran positif untuk menanggapinya. Setiap yang Allah lakukan pada hambanya pasti punya alasab dibalik itu semua. Dan yang benar saja, nilaiku rata-rata anjlok dan rankingku turun. Aku berusaha bangkit dan terus berkata mungkin ini adalah ujian Allah padaku sebelum aku mendapatkan hadiah yang lebih istimewa. Allah selalu memberi yang terbaik pada hambanya meskipun hambanya tak menyukainya. Di semester dua baru-baru ini, aku kembali belajar dengan giat. Kali ini ibadahku lebih dalam, aku jadi suka shalat tahajjud dan lebih banyak berdoa. Sekali lagi kutanamkan prinsipku dari semester lalu jikalau nilaiku turun. Dan akhirnya, minggu lalu aku menerima raporku. Kemajuannya memang sedikit tapi alhamdulillah. Baru kali ini aku menerima rapor dan tak mendapat makian ibuku. Aku bersyukur sekali. Aku menatap temanku yang ranking satu sambil tersenyum. Mungkin bukan takdirku untuk menjadi yang nomor satu, tapi setidaknya menjadi yang paling terakhir juga bukan takdirku. Tetaplah berpikir positif, dan percaya pada Tuhan. Kita ini berbeda keyakinan, namun sama-sama memiliki Tuhan. Percaya pada Tuhan masing-masing, karena Tuhan tak memberi umatnya ujian tanpa alasan.