Setiap ingin tidur atau bangun ketika kondisi otak berada di gelombang theta, coba tanyakan ke diri kamu sendiri, "apa satu hal yang saat ini paling mengganjal dalam hidupku?" Nah jawaban yang muncul biasanya disertai solusi yang kita harus lakukan dalam bentuk tindakan dan memilih orang yang tepat. Contoh kasusku, takut salah, terlalu sensitif, ikut kursus sana sini, ngumpulin referensi dan beli buku banyak tapi hampir ga ada ilmu yang nyantol. Setelah kutelusuri, barunyadar kalo akar permasalahannya ada pada mental block yang terjebak pola parenting toxic yang isinya kesombongan, meremehkan, berkata negatif, dan menjatuhkan Iya tahu kita tidak bisa memilih lahir dari orang tua yang seperti apa.. Sekarang next stepnya apa, ternyata berhubungan erat juga dengan salah satu namaku yang berarti kesucian. Yaitu harus menyucikan diri dari keburukan diri sendiri dan orang lain bukan hanya tentang dosa di antara lawan jenis tapi juga bersih dari segala penyakit hati lainnya seperti iri, dengki, amarah, berangan2, kezhaliman yang kesemuanya bikin nyesekin dada. So, disini sudah terlihat jelas butuh pasangan yang bagaimana.. Akhirnya aku menemukan satu nama yang dirasa pas, sama persis denganku yang berarti kesucian, dan tipeku banget bukan hanya dari segi kandungan makna namun juga penulisannya (tidak ingin berharap lebih juga karena di luar sana juga banyak yang sesuai dengan tipeku) Satu bagian namanya sama persis denganku dan bagian lainnya saling melengkapi dengan bagian lain namaku. Dia tipe walk the talk dan walk the walk sedangkan aku talk the walk dan talk the talk. Aku lebih tua 5 tahun darinya, namun ia lebih dewasa, dan kami sama-sama di jurusan manajemen, bedanya dia sejak SMA sudah disekolahkan ke sekolah mahal yang uang pangkalnya 50juta dan di kampusnya saat ini berbiaya 200juta sambil bekerja di berbagai macam perusahaan besar sekaligus memiliki banyak pencapaian. Sedangkan aku hanya lulusan paket c dan di kampus yang 1 juta per semester sampai lulus tanpa uang masuk, tanpa pencapaian apapun. Ku tahu, rasanya ini seperti punguk merindukan bulan. Akan tetapi jika mampu menjadi ahli di satu saja bidang yang ia lemah disana dan membantunya yang mana kami juga secara natural saling melengkapi maka kuyakin akan ada kesempatan di balik kesulitan tersebut. Selain sebelumnya juga harus mandiri, walaupun status sosial dia berada di atasku selama memang hanya sekedar lifestyle bukan bermaksud sombong, kami akan menerima kondisi masing-masing apa adanya tanpa bergantung satu sama lain. Untuk perjanjian pranikah hanya memberi masukan, sisanya kuserahkan sepenuhnya ke dia mengenai batasan personal-profesional, materil-nonmateril, dan berbagai macam kebijakan rumah tangga. Bersambung ... (Semoga bukan halu)