Mohon pencerahan dan solusi terbaiknya. Menurut kalian bagaimana menanggapi orang yang menghidap penyakit kleptomania? Saya memiliki seorang sahabat baik sudah saya anggap seperti saudara sendiri. Sejarah dia sampai memiliki penyakit ini, saat duudk di bangku SD ada seorang siswi yang menggambil uang milik salah satu teman di kelas dan teman tersebut sampai marah meluap2 dan keesokannya si siswi yang menggambil menaruh uang curiannya di laci meja teman saya yang akhirnya berujung teman saya masuk kantor kepala sekolah kena di panggil orang tuanya. Si teman yang kehilangan uang, ternyata ke paranormal nanya dihari dia kehilangan uangnya dan emang ternyata bukan teman saya yang mengambil uang tersebut. Karena sudah jadi korban, teman saya mulai tidak peduli akan kejadian sekitarnya, terserah deh mao ada yang kehilangan apapun tetap aja teman saya ga peduli. Saat duduk di smp kejadian serupa terulang kembali, teman saya tetap jadi korban "kambing hitam" dan yang hilang adalah HP. Sama seperti kejadian di SD, tapi bedanya kali ini si yang punya Hp sudah tahu yang ambil, langsung di laporkan ke guru, tapi ternyata si "siswi" tetap lolos karena katanya punya hubungan khusus dengan yang punya sekolah. Kata teman saya, yah udalah dia juga ga peduli yang penting mereka tahu kalo bukan dia yang ngambil. Nah permasalahannya dimulai sejak dia dikirim 3 tahun ke luar negeri untuk kuliah, mulailah dia suka mengambil barang: walkman milik saudaranya sampai mengambil uang milik tante2nya yang berujung ketahuan dan mesti balikin semuanya, karena salah satu tantenya janji sama dia, tentang kelakuannya tidak akan sampai ke telinga orang tuanya. Tapi alhasilnya tetap saja sampai ke telinga ibunya, marahlah si ibunya padanya. Akhirnya dia tidak percaya lagi sama orang. Selama 3 tahun kuliah di luar, dalam 1 tahun pasti 2x dia suka mencuri uang dan pernah pada tahun ke 2, yang di ambil bukan uang tetapi cincin emas yang akhirnya dia buang ke tong sampah yang berujung tetap ketahuan dan dibalikin lagi. Di tahun ke 3 saat dia belum memutuskan untuk balik ke jakarta, dia sudah bisa terbuka dengan orang lain dan menjalani hidupnya dengan normal. Tiba2 dia memutuskan untuk pulang ke jakarta for good, aku sebagai sahabat mulai bertanya dong, kenapa tiba2? Padahal kuliahnya aja masi separuh jalan, ada apa nih. Akhirnya dia cerita, tadinya dia juga tidak mau pulang ke jakarta tapi karena neneknya datang dan ngomel2 ke dia dan cerita kalo ayahnya masih ada utang sama kakeknya 2M, kesalah dia. Kenapa utang ayahnya, anaknya juga kena? Kalo ga seneng tagih aja sama ayahnya langsung. Saking keselnya dia beli tiket untuk besok balik ke jakarta. Saya sampai bengong dan tidak percaya kalo dia akan tiba 2 hari lagi. Saat dia tiba di Jakarta, dia langsung mengurus kuliah mau lanjut dimana, setelah seminggu mengurus semuanya, dia datang ke rumah saya. Waktu itu sempat saya tanya pada dia, apa tidak menyesal balik ke jakarta, dia sempat bilang menyesal tapi kalo di ingat2 omelan neneknya dia sampai ketawa jelasinnya. Dia jelasin, ternyata sang ayahnya tidak pernah ngutang dari kakeknya <-- ayah mertua, justru karena ini berawal dari perusahaan kecil yang dulu diserahkan oleh omnya dan ibunya untuk dijalankan bangkrut dan banyak pinjaman dari bank yang belum dilunasin, kakenya juga tidak mau ngeluarin modal untuk bebasin utang2nya walaupun dalam istilah pinjam dengan bunga, sang kakeknya malahan menyuruh ayahnya untuk meminjam ke sahabat kakeknya yang retenir. Kesal lah si ayahnya, akhirnya yang memberi pinjaman itu ibu dan kakak perempuan ayahnya. Nah, saat sudah mulai berjalan itu perusahaan, sudah ada kemajuan, kakeknya liat dan minta bagian, peranglah mereka, saat membutuhkan uang, kakeknya suruh pinjam dari orang lain, kenapa giliran sudah maju, banyak "parasit" yang datang. Ayahnya tidak terima perlakuan sang kakeknya, yang akhirnya memutuskan untuk memisahkan perusahaan dengan kesepakatan dukungan notaris akhirnya ayahnya setuju untuk pemisahan perusahaan bayar 4M. Dan ternyata saat temanku di luar, sang kakek,nenek, tante dan keluarga sempat berkunjung dan sempat meminta uang kepada ayahnya. Ayahnya memberikan US$50rb (dulu pas $1 @ 15rb) untuk keberangkatan mereka. Saat mereka disana ternyata sempat melirik untuk membeli rumah di US. Tapi ternyata tidak jadi karena si tantenya ngomong2 kalo ayahnya sih masih punya utang kalo punya duit kenapa tidak dibayar lunas,masa beli gudang melulu! Teman saya yang saat itu tidak tahu apa permasalahan, masa bodo. Akhirnya, sang kakek dan tante dkk pulang ke jakarta, tinggalah si neneknya. Seminggu setelah kepulang kakek dan tantenya, si nenek mulai ngomel2 tentang utang ayahnya setiap hari. Bilang teman saya pelitlah seperti ayahnya. Beginilah begitulah, pokonya yang dia perbuat pasti dikaitkan dengan ayahnya. (Cape deh) kalo tidak salah dia memutuskan pulang ke jakarta setelah seminggu diomelin terus2an, di pertengahan bulan Oktober 2008 dia memutuskan balik ke jakarta. Saat dia lanjut kuliah di jakarta, tenyata kebiasan klepto dia ga berubah, bukannya semakin membaik, malahan semakin memburuk, dia ketahuan mencuri di semester ke 4 di tempat kuliahan dan diskors 1 semester (karena kebaikan kajur), masih untungkan, tidak dikeluarin? Selama dia di skors, dia malah "maen" kemana2. Perjalanan dia mencuri barang orang tidak berhenti sampai dsitu, sampai sekarangpun dia tetap melakukannya. Saya pernah tanya padanya, apakah yang ia rasakan saat menggambil barang orang dan kenapa? Sebab setahu saya, dia itu anaknya berada. Awalnya dia merasakan ketakutan tapi lama kelamaan jangankan memikirkannya, tangannya bergerak atas perintah hatinya. Pernah sewaktu ketika, dia katakan pada saya, saat dia mencuri di kulihan katanya ada yang bisikin untuk mengambil barang teman kuliah, saya makin bingung dibuatnya. Menurut kalian, bisikin ini darimana? Baru2 ini dia sempat curhat ke saya, kalo dia habis mengambil barang milik sodaranya. Saya tanya lagi kenapa, emang butuh uang apa karena barangnya bagus? Dia hanya berkata, "dia tidak ada keinginan untuk memiliki ataupun mengambilnya, tapi ternyata tangannya memikirkan kebalikannya dan dia secara sadar mengambilnya, dia tidak merasakan perasaan takut sedikitpun, tapi hanya beda beberapa jam saja, dia membuka "barangnya" dan dia mulai ketakukan dengan apa yang telah diambil, akhirnya dia memutuskan untuk membuang barang tersebut di mal terdekat". Saya sempat menanyakan apa yang dilihat dalam "barang" tersebut. Dia hanya bilang surat2 penting. Keesokannya, saya dengar kabar darinya katanya ada yang mengembalikan "barang" tersebut ke orangtua sodaranya. Menurut kalian, apakah solusi terbaik untuk sahabat saya ini? Karena saya pernah menganjurkan untuk berobat ke dokter, tapi dia pernah bilang ke dokter mana? Kalo di luar negeri dulu, ada perkumpulan orang2 bermaslah sepertinya dengan curhat bisa menjadi orang yang lebih baik. Dalam curhat, bisa dapatkan solusi dan pencerahan. Apakah di jabodetabek ada sistem atau perkumpulan seperti itu? Atau adakah dokter yang dapat mengatasi masalah seperti ini. Dokter bagian apakah yang mesti ia kunjungi?